Minggu, 27 Desember 2009

KECEWA

Entah kenapa, tiba-tiba saya ingin menulis tentang kecewa. Terus terang, saya sedang tidak kecewa menulis tulisan ini. Bahkan, saya bertekad untuk tidak memberikan ruang pada kecewa untuk bersemayam dan tumbuh subur dalam hidupku. Kecewa adalah kata yang sering kita dengar, bahkan juga kita rasakan. Ada banyak hal yang membuat kita merasa kecewa; dikhianati, dibohongi, dizholimi, atau mungkin tidak mampu mewujudkan apa yang kita rencanakan. Semua itu akan melahirkan rasa yang kita sebut "kecewa".

Adalah hal yang sangat manusiawi memang, jika kita mengalami saat-saat kecewa. Dia tidak dilarang, sebab hidup ini adalah pilihan. Dan kecewa merupakan salah satu hal yang kita pilih dalam hidup ini. Ya, mengizinkan kecewa masuk ke dalam hidup. Tapi, membiarkannya terus hidup dan berkembang biak adalah tindakan yang tidak mendatangkan manfaat apapun. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, kita akan terus tersiksa dan menderita. Hidup terasa sempit bahkan terhimpit. Menyalahkan orang lain, dan berpikir "seandainya". Seandainya kita begini, maka akan begitu. Jika saja kita begitu, maka tak akan begini, dan sebagainya.

Paulo Coelho pernah menulis dalam novelnya, The Fifth Mountain; "Segala sesuatu yang seharusnya terjadi, tapi tidak terjadi, tak ada gunanya lagi dibicarakan. Dalam hal ini, Coelho benar. Membicarakan sesuatu yang tidak terjadi hanya akan menimbulkan kesedihan dan penyesalan. Bukankah Tuhan pernah berkata dalam kitabNya; "Tidak ada satu pun daun yang jatuh ke bumi, kecuali dengan izin dariKu."

Tentu saja kita juga tidak ingin cepat-cepat mengatakan bahwa ini semua adalah takdir. Sebab takdir yang aku fahami adalah hasil dari ikhtiar yang sudah kita lakukan. Biqodri ma ta'tani, tanalu ma tatamanna, begitu guruku mengajarkan. Seberapa besar usahamu, maka sebesar itu pula yang akan kau dapatkan. Boleh jadi usaha yang kita lakukan belum maksimal, ikhtiar kita belum optimal, sehingga hasil yang kita harapkan pun tidak sesuai dengan keinginan. Sudahkah kita mengevaluasi secara internal ke dalam diri kita sendiri, sebelum kita menunjuk-nunjuk orang lain bahkan ikut menyalahkan sejarah masa lalu? Bukankah setiap kita ada masanya? Dan setiap masa ada sejarahnya? Mungkin, ada realitas tak terlihat yang mampu mencampuri kehidupan kita.

Sahabatku, bagaimanapun keadaaan mu hari ini, engkau masih tetap sahabatku. Keterbukaan dalam komunikasi akan membuat semuanya akan lebih baik. Untuk menutup tulisan ini, izinkan aku mengutip kata-kata Paulo Coelho dalam novelnya yang berbeda, The Witch of Portobello, dia mengatakan; "...dan waktu adalah satu-satunya obat..."

Sahabatku, kita tidak gagal, tapi hanya belum berhasil. Semoga waktu akan mengobati kecewa yang ada di hatimu, semoga....

1 komentar:

  1. Casino City Casino: 2021 All You Need to Know Before You
    The 용인 출장안마 casino 동두천 출장샵 is a high-end venue conveniently located 파주 출장마사지 within minutes of the city centre. It 서울특별 출장샵 is not known to 군산 출장안마 live traffic or

    BalasHapus