Senin, 06 Desember 2010

KATA MUTIARA IMAM SYAFI'I

Di bawah ini, penulis mengutip beberapa kata mutiara (yang penuh hikmah) dari sang imam.

1. “Keridhaan manusia adalah samudera yang tak terjangkau. Tidak ada jalan keselamatan dari mereka. Maka, hendaklah engkau konsisten dengan apa-apa yang bermanfaat bagimu.”

2. “Ilmu adalah yang dimanfaatkan oleh orang banyak, bukan yang dihafal.”

3. “Barangsiapa yang tidak dimuliakan oleh ketakwaan, maka tidak ada kemuliaan baginya.”

4. Beliau pernah ditanya: ‘Kenapa engkau banyak sekali memegang tongkat, padahal engkau belum lemah?’ Beliau menjawab: “Agar aku ingat, bahwa aku ini seorang “musafir”.”

5. “Barangsiapa yang mengikuti hawa nafsu, maka dia akan menjadi budak anak-anak dunia ini.”

6. “Kebaikan itu dalam lima hal: kaya hati; menyingikirkan hal-hal yang bisa menyakiti (fisik dan perasaan) orang lain; mencari harta halal; takwa; dan yakin terhadap Allah.”

7. “Sebaik-baik investasi adalah takwa. Dan investasi yang paling berbahaya adalah “permusuhan”.”

8. “Menghindari kemaksiatan dan meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagimu akan menyinari hati.”

9. “Hendaklah engkau ber’khalwat’ (dzikir mengingat Allah, dosa-dosa, dalam kesendirian); sedikit makan; jauhi orang-orang dungu dan orang yang tidak bisa melihat dirimu secara adil.”

10. “Jika engkau tidak mampu mengekang lidahmu untuk berkata-kata yang tidak bermanfaat bagimu, kata-katamu akan mengekangmu, bukan engkau yang mengekangnya.”

11. “Orang berakal adalah: yang diikat oleh akalnya dari hal-hal tercela.”

12. “Marwah (harga diri) itu empat hal: akhlak yang mulia; dermawan; rendah hati (tawadhu’); dan banyak ibadah.”

13. “Tawadhu itu akhlak orang-orang mulia; sombong adalah sifat orang-orang tercela; tawadhu’ itu mewariskan kecintaan (mahabbah); dan qana’ah mewariskan rasa tenang.”

14. “Manusia yang paling tinggi derajatnya adalah yang tidak pernah mau tahu bagaimana derajatnya (di tengah-tengah manusia) dan manusia yang paling mulia adalah yang tidak pernah merasa punya kelebihan.”

15. “Manusia lalai dari ayat ini (إنّ الإنســـان لفي خـــسر): “Sungguh, manusia benar-benar berada dalam kerugian.” Oleh karenanya, beliau membagi malamnya menjadi tiga bagian: seperti pertama untuk untuk “menulis”; sepertiga kedua untuk “shalat” (ibadah); dan seperti terakhir untuk “tidur” (istirahat)

sumber: http://qosim.multiply.com/journal/item/263/263