Jumat, 06 Februari 2009

100 Tahun Kebangkitan Nasional

100 Tahun Kebangkitan Nasional

Hari ini 1 abad yang lalu, telah terukir sejarah dengan tinta emas oleh para pendahulu yang tak boleh kita lupakan sebuah peristiwa yang menjadi pondasi dari awal kebangkitan nasional yaitu berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.

Banyak cara masyarakat menyambut Hari yang dianggap sebagai kebangkitan Nasional. Ada yang mengadakan seminar, gerak jalan, diskusi publik, dialog kebangsaan, sampai kegiatan upacara (hal-hal yang bersifat seremonial belaka dan onani intelektual).

Terlepas dari itu semua, 100 tahun kebangkitan nasional adalah moment yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Ini merupakan sebuah anugerah yang harus kita syukuri. Ini adalah waktu yang tepat bagi kita khususnya bagi pemerintah untuk melakukan kontemplasi (perenungan) dan refleksi terhadap kondisi bangsa hari untuk kemudian bisa benar-benar bangkit dari berbagai macam keterpurukan.

Kebangkitan Nasional seharusnya disambut dengan sukacita dan perasaan bangga oleh masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, satu abad kebangkitan nasional justru disambut dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM dan kondisi masyarakat yang semakin memprihatinkan. Dan kalaupun akhirnya pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM, maka ini akan menjadi kado special pada satu abad kebangkitan nasional. Sungguh terlalu.

Adalah benar bahwa secara de jure Indonesia adalah Negara yang merdeka dan berdaulat, namun secara defacto kita masih merasakan dalam banyak hal Indonesia masih terasa dijajah dan dikuasai oleh asing.. Indonesia seringkali tunduk dan patuh terhadap kepentingan asing daripada kepentingan rakyatnya sendiri.

Adalah sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa lahan-lahan yang menjadi sumber minyak di Indonesia banyak dikelola dan dikuasai oleh asing, Blok Cepu misalnya yang telah dikuasai oleh PT Exon Mobile dari Amerika Serikat. Kita masih menjadi tamu di negeri sendiri bahkan yang lebih menyedihkan, orang asing menjadi tuan dan kita masih menjadi kuli di “kampung” kita sendiri.

Potret 1 Abad Kebangkitan Nasional

Kini, setelah satu abad kebangkitan nasional, pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kondisi bangsa hari ini? Benarkah Indonesia sudah benar-benar bangkit? Atau justru malah bangkrut? Tahun demi tahun terus bergulir, pemerintahan demi pemerintahan datang silih berganti, kebijakan demi kebijakan tak pernah henti dikeluarkan, namun sepertinya kondisi bangsa hari ini masih jauh dari harapan dan cita-cita kemerdekaan.

Masih terlalu banyak masalah yang melanda Republik yang kita cintai ini. Betapa tidak, kemiskinan masih terus meningkat, korupsi merajalela, hukum belum ditegakkan, pengangguran bertambah, harga-haraga bahan pokok melambung tinggi, biaya sekolah semakin mahal, pembangunan tidak merata, bayi-bayi kekurangan gizi dan busung lapar masih saja terjadi di sejumlah daerah, rakyat masih banyak yang makan nasi, sumber daya alam habis dieksploitasi oleh perusahaan asing, kekarasan dan intoleransi beragama merebak di sejumlah tempat, kriminalitas menjadi tontonan sehari-hari. Inikah potret Indonesia setalah 1 abad kebangkitan nasional? Inikah yang disebut dengan kebangkitan nasional?

Tentu kita sebagai generasi bangsa tidak boleh pesimis melihat kondisi bangsa hari ini, justru kondisi hari ini menjadi tantangan bagi kita untuk menatap Indonesia yang lebih baik. Inonesia yang bermartabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar